Kerapan sapi memang unik dan menarik, pada pelaksanaan kerapan sapi bukan Cuma orang Madura yang penasaran ingin menyaksikan secara langsung acara tersebut serta mendengar kabar sapi daerah mana yang menjadi juara, para wisatawan asingpun banyak berdatang untuk menyaksikan event yang dilaksanakan setahun sekali tersebut. Seperti yang disebutkan pada syair lagu diatas, Sabban Taon E Madureh La Tanto Ramme.Ramme Kalaben Badhane Kerraben Sapeh. Bannyak Reng Mancah Padha Dhateng Dari Jaunah. Padha nenggueh Kerraban Sape Madureh.
Sapi yang keluar sebagai juara merupakan prestasi dan kebanggaan tersendiri bagi sang pemilik sapi, tidak jarang terjadi transaksi jual beli sapi di arena balap sapi dengan harga ratusan juta Rupiah. Siapa rela melepaskan sepasang sapi yang sudah mengangkat martabat pemiliknya. Berangkat diarak dengan saronen, pulang dengan kemenangan dan membawa hadiah akan lebih semarak arakan musik tradisional Madura tersebut. Sepanjang perjalanan musik akan terus mengalun.
Bukan hadiah yang menjadi incara para penggemar sapi kerap, terkadang pada perlombaan tingkat kecamatan hadiah yang diberikan tidak seberapa. Hanya sebuah jam dinding yang tidak seberapa harganya, namun kemenangan dalam kerapan sapi akan mengangkat harga sapi dan martabat pemilik sapi tersebut di mata masyarakat.
Keunikan dari kerapan sapi adalah cara joki dengan gaya menunggang di atas batang bambu yang disebut Kalele, dan dan memegan sebuah benda yang digunakan untuk memacu kecepatan sapi yang disebut dengan Co-Racoh.